Dahulu di sebuah desa yang kecil ada empat orang yang
bersahabat. Mereka adalah, Ramu, Shamu, Kalu dan Lalu. Mereka semua adalah
orang terpelajar, kecuali Lalu ia memang tidak sepandai kawan-kawannya. Karena
tak punya waktu dan kesempatan belajar seperti ketiga kawannya.
Pada satu hari keempat sahabat itu duduk bersama. Ramu
berkata, “Kawan, marilah kita mengembara.”
“Ya,” kata Shamu. “Kita telah menghabiskan waktu beberapa
tahun menimba ilmu, saatnya kita mencari pengalaman dan keberuntungan kita di
daerah lain.”
Kalu berkata. “Kita bertiga adalah orang terpelajar, tapi
bagaimana dengan lalu? Apakah kita tinggalkan saja ia di desa?”
“Tidak!” Sahut lalu, “Kalian harus membawaku serta, sebab
selama ini kita bersahabat.”
Kemudia keempat sekawan itu mengemasi barang-barang
bawaannya dan bersiap-siap untuk melakukan perjalanan jauh.
Setelah berjalan beberapa lama, mereka memasuki sebuah
hutan yang lebat.
“Lihat,” Teriak Ramu, “Apa yang berserakan di tanah itu?
Itu tumpukan tulang-tulang,” kata shamu
“ini kesempatan baik bagi kita untuk melihat seberapa
jauh keahlian kita,” kata kalu
“Jangan, jangan!” teriak lalu, “Mari Kita amati dulu,
tulang binatang apa itu.”
“Kamu diam sajalah lalu,” kata ramu. “kamu tak tahu
apa-apa. Aku tahu bagaimana menyusun tulang-tulang ini.”
“Aku tahu bagaimana menyusun tulang-tulang ini.”
“Aku tahu bagaimana menempatkan kulit, otot dan
organ-organ lainnya bersama-sama,” Kata shamu.
“Dan aku tahu bagaimana menghidupkan binatang ini!” kata
kalu bersemangat.
“Jangan! Jangan!” teriak lalu gemetar karena takut.
“Tulang-tulang ini adalah tulang seekor singa. Aku merasa sangat takut.”
“Ha!ha! “Ketiga sekawan itu tertawa.
“Betapa bodohnya dia! Dia juga sangat penakut.”
Ramu kemudian mulai mengucapkan beberapa mantra dan
dengan ajaib semua tulang dari singa mati itu tersusun kembali. Kemudian, Shamu
dengan kemahirannya, memberinya kulit, otot dan organ-organ lain dari singa itu
bersama-sama.
“Hentikan!” teriak lalu, “Kalian telah bertindak terlalu
jauh jangan hidupkan singa mati itu. Ia pasti akan melahap kita semua.”
“Kamu bukan hanya bodoh tetapi juga iri dengan
pengetahuan kami. Diam sajalah dan saksikan saja,” kata ketiga kawan itu dengan
marah.
Sementara kalu mengucapkan matra-mantra, Lalu cepat-cepat
memanjat sebatang pohon dan duduk Disana penuh ketakutan.
Auman singa tiba-tiba memecahkan keheningan hutan rimba
tersebut. Singa yang buas telah hidup kembali.
“Tolong! Tolong!” Teriak tiga kawan tersebut. Singa
kelaparan itu menubruk mereka dengan secepatnya memangsanya dan masuk kembali
ke dalam hutan.
Lalu turun dari pohon dan menyaksikan sisa-sisa tugu
teman-temannya dengan sedih. “Kawan-kawanku yang cerdik merasa mereka
mengetahui segalanya. Mereka kehilangan nyawa, karena, mereka kurang
pengetahuan umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar